Dampak Nyata Sikap Apatis dalam Berpolitik

Menjelang Pemilu 2024, sudah mulai bermunculan slogan-slogan para calon kandidat. Beberapa partai politik pun sudah mulai menyuarakan siapa jagoan mereka di pemilihan nanti. Di antara hingar bingar menjelang pemilu, terdapat kelompok apatis yang “adem ayem” menghadapi situasi ini. Sebelum membahas lebih jauh, kita harus memahami terlebih dahulu apa itu apatis?

Pengertian Apatis

Apatis adalah sikap acuh tak acuh atau ketidakpedulian suatu individu terhadap aspek-aspek tertentu, dalam pembahasan ini adalah aspek politik. Orang yang apatis dapat diartikan sebagai orang yang pasif. Padahal, politik menjadi penggerak segala aspek pemerintahan dan penentu kebijakan aspek-aspek lainnya, seperti pendidikan, agama, hukum, sosial, budaya, hubungan luar negeri, dan lain sebagainya. Meski demikian, masih ada kelompok yang apatis dalam berpolitik. Apatis seringkali disamakan dengan golongan putih (golput). Nyatanya, apatis dan golput adalah dua hal yang berbeda. Namun, tingginya angka golput merupakan ciri-ciri apatisme politik di Indonesia.

Penyebab Apatisme Politik

Apatisme politik memang bukan suatu hal yang baru. Namun, tetap menjadi hal yang berbahaya jika dibiarkan begitu saja. Adapun faktor penyebab seseorang menjadi apatis, di antaranya hilangnya rasa percaya terhadap orang lain, kurangnya rasa percaya diri, dan tekanan emosional. Jika dikaitkan dengan dunia politik, penggambaran politik Indonesia yang seakan-akan hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan, maraknya kasus korupsi, serta janji-janji politik yang tidak kunjung diterapkan, membuat masyarakat khususnya anak-anak muda enggan terlibat dalam dunia penuh konflik tersebut.

Mereka menganggap politisi atau partai politik di Indonesia tidak mewakili aspirasi masyarakat. Perasaan tidak terwakilkan tersebut akan berujung pada kekecewaan. Inilah yang menjadi pemicu timbulnya sikap apatis. Jika semakin parah, maka akan muncul generasi apolitis. Apolitis adalah sikap tidak berminat terhadap politik. Ini akan menjadi bencana politik jika sampai terjadi. Sebab, tidak ada regenerasi dari para penerus bangsa yang seharusnya menjadi penentu masa depan Indonesia. Partai politik seharusnya menyadari bahwa hal ini sungguh berbahaya untuk keberlangsungan kehidupan partainya

Dampak Apatis

Anak-anak muda merupakan bibit-bibit pencipta ide-ide kreatif yang nantinya dapat merubah Indonesia menjadi lebih baik. Bayangkan, bagaimana jadinya jika generasi ini menjadi apatis terhadap politik? Bisa-bisa Indonesia tidak mengalami kemajuan akibat kebijakan yang tidak bisa dilanjutkan lagi karena kurangnya partisipasi generasi muda. Meski tidak dapat dipungkiri bahwa ada pula kaum muda yang terjebak dalam politik dan malah ikut melakukan korupsi.

Apatisme politik yang dibiarkan begitu saja, akan membuat agenda-agenda menjaga stabilitas dan persistensi demokrasi menjadi tidak terlaksana. Sebab, warga negara yang seharusnya menjadi faktor pendukung adanya kebijakan pemerintah yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat malah absen dan berdiam diri. Akibatnya, dunia politik semakin chaos dan tujuan untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara yang disegani menjadi terhambat. Pada akhirnya kepemimpinan negara akan jatuh ke tangan orang yang salah. Maka hilang lah fungsi demokrasi.

Sikap apatisme politik yang semakin menjamur, dapat dijadikan momentum bagi para partai politik untuk mengembalikan kembali kepercayaan masyarakat. Para elite politik yang masih menguasai partai politik membuat generasi muda kesulitan masuk ke lingkaran kekuasaan. Partai politik dapat melibatkan kaum muda untuk ikut terjun ke lapangan. Hal ini demi kedamaian dan kestabilan masyarakat. Selain itu, kepemimpinan yang menjaga integritas, seperti kepemimpinan yang adil, jujur, serta dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas, dapat mengembalikan kembali kepercayaan masyarakat terhadap dunia politik Indonesia. Masyarakat pun dapat dengan aktif memantau jalannya politik Indonesia, salah satu caranya dengan menambah pengetahuan mengenai politik yang berintegritas melalui situs Pusat Edukasi Antikorupsi, ACLC KPK.

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *